Ketahanan nasinal-Setiap bangsa pasti mempunyai cita-cita luhur dan
indah yang ingin dicapainya. Orang mengatakan bahwa cita-cita yang ingin dicapai
oleh suatu bangsa mempunyai fungsi sebagai penentu dari tujuan nasionalnya. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, bangsa bersangkutan
menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang senantiasa perlu
dihadapi ataupun ditanggulangi. Oleh karena itu, suatu bangsa harus mempunyai
kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan. Umumnya inilah yang
dinamakan Ketahanan Nasional.
Atas dasar itulah segenap warga Negara Indonesia bahu membahu, bergotong
royong mengukuhkan ketahanan nasional baik dalam kehidupan sehari hari
maupun di dalam jiwa masing masing untuk menghadapi segala macam
hambatan, tantangan, serta ancaman yang menyangkut tentang keutuhan
Republik Indonesia.
Pengertian Ketahanan Nasional-ialah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin
kelangsungan hidupnya, menuju kejayaan bangsa dan negara. Hakekat
Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan menggambarkan kekuatan nasional untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan
nasional.
(2). Utuh menyeluruh terpadu
(3). Kekeluargaan
(4). Mawas diri
Contoh kasus kasus Ketahanan Nasional:.
a. TNI AD Jadi Jawara Lomba Tembak ASEAN
JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) kembali menjadi juara umum pada lomba tembak pada ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) ke-27 di Singapura, 6-22 November 2017.
TNI AD meraih sembilan tropi, 31 emas, 10 perak, dan 10 perunggu. Perolehan ini merupakan rekor tertinggi dari prestasi yang diraih dalam ajang tersebut.
Berdasarkan data Pusat Penerangan TNI, perolehan medali TNI AD pada AARM mengalahkan Thailand yang berada di peringkat dua dengan tujuh emas, 12 perak, dan enam perunggu.
Peringkat ketiga diduduki Filiphina yang meraih tiga emas, delapan perak, tujuh perunggu, diikuti Singapura dengan meraih dua emas, sembilan perak, dan 13 perunggu. Singapura berada di peringkat empat dengan meraih dua emas, sembilan perak, dan 13 perunggu.
Sementara itu, Indonesia meraih sembilan dari 15 trofi yang diperebutkan dalam ajang tersebut.
b. Indonesia dan Spanyol Perkuat Kerja Sama Pengadaan Alutsista
JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Spanyol berencana melanjutkan kerja sama di bidang pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista).
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, kerja sama alutsista dengan Spanyol tersebut sudah terjalin sejak lama. Kini kedua negara berencana kembali memperkuat kerja sama tersebut, terutama di bidang pembuatan pesawat.
“Sejak pesawat pertama yang diterbangkan, yakni Pesawat Gatot Kaca CN 202 hingga 235, dan kemarin menerbangkan pesawat 295. Jadi, saya kira ini kerja sama yang berkelanjutan,” ujar Wiranto seusai menerima kunjungan kehormatan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Spanyol Idelfonso Castro di Jakarta.
Sementara, Idelfonso Castro menegaskan, pihaknya ingin memperkuat hubungan kerja sama kedua negara, baik dalam pengadaan alutsista maupun kerjasama lainnya.
“Kami mengharapkan hubungan kedua negara diperkuat. Spanyol ingin kerja sama pengadaan alutsista berjalan dengan baik lagi. Bahkan, tidak hanya pesawat, juga kapal, itu bisa terlaksana baik.
Apalagi Spanyol dan Indonesia telah melakukan kerja sama ini sejak lama,” ungkap Castro. Wiranto menegaskan, kedua negara juga akan memperkuat kerja sama di bidang penanganan terorisme. “Saya kira Indonesia juga sudah punya pengalaman bekerja sama dengan banyak negara.
Termasuk dalam penanganan terorisme,” kata Wiranto. Pertemuan Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Spanyol tersebut sebenarnya sudah beberapa kali terjadi. Sebelumnya Duta Besar Spanyol untuk Indonesia Jose Maria Matres Manso juga pernah melakukan pertemuan dengan Wiranto pada 21 Juni 2017.
Saat itu dia menawarkan kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menumpas aksi terorisme. Wiranto mengatakan, Indonesia tak membatasi diri dalam bekerja sama dengan negara manapun yang mempunyai pengalaman aksi terorisme.
Itu dilakukan agar kinerja BNPT bisa terbantu. Menurutnya, pengalaman Spanyol melakukan pendekatan keras maupun halus dalam menangani aksi terorisme dianggap bisa ditiru BNPT. “Jadi, bagaimana BNPT bisa melakukan pendekatan keras dan halus dalam menghadapi terorisme, Spanyol berpengalaman dengan itu,” kata Wiranto.
Menko Polhukam mengatakan, Spanyol juga menawarkan kerja sama di bidang keamanan siber.
“Kita kan baru mendirikan Badan Siber Nasional sebagai payung dari semua badan siber di Indonesia. Kita juga butuh di masing-masing negara, termasuk Spanyol menawarkan itu (kerja sama),” kata Wiranto.
Namun, Wiranto mengatakan, pembahasan kerja sama Pemerintah Spanyol dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) masih tahap awal. Karena itu, perlu ada diskusi lebih lanjut untuk sampai pada tahap kerja sama.
c. Nasionalisme Harus Dikedepankan dalam Pemberitaan Soal Terorisme
Selama ini media dianggap lebih hanya mempertimbangkan keuntungan dengan menyajikan berita peristiwa terorisme, tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat.
“Kadang-kadang media menjadi trigger dengan mengkreasi peristiwa terorisme dengan pemberitaan yang tidak proporsional. Mungkin pertimbangannya rating dan oplah yang berujung pada keuntungan, tapi juga harus memperhitungkan dampaknya di masyarakat,” tutur Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius saat menjadi pembicara saat pembukaan Rapimnas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Hotel Santika, Kota Depok, Jawa Barat, Rabu 15 November 2017.
Dia mengatakan, penayangan berita terorisme yang tidak proporsional berdampak besar terhadap masyarakat. Bayangkan bagaimana perasaan orang atau keluarga korban terorisme. Hal itu justru akan menambah kebencian dan beban psikis mereka.
“Ini harus dihitung dengan baik-baik. Silakan beritakan masalah terorisme dan radikalisme, tapi harus secara proporsional yang mendidik sehingga masyarakat mempunyai ketahanan dalam menghadapi imbas dari kejadian itu,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Dia berharap KPI bisa berperan secara maksimal seperti menjadi wasit terhadap seluruh aspek penyiaran, baik televisi maupun radio agar bisa memberikan pembelajaran kepada masyarakat, meski itu tidak populer.
“Carikan bagaimana metode dan caranya supaya penyiaran itu mempunyai kontribusi bagi kebaikan bangsa dan negara dan pendidikan kepada masyarakat,” ujar Suhardi, seperti dalam siaran pers BNPT.
Suhardi mengajak seluruh pihak agar tidak terbuai situasi. Jangan hanya melihat kepentingan kelompok atau bisnis, tapi lihat kepentingan lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara.
Dia juga mengajak untuk merenungkan ucapan Bung Karno bahwa perjuangan lebih mudah melawan penjajah, tapi perjuangan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.
Suhardi juga mencontohkan bagaimana pemuda seluruh Indonesia mendeklarasikan Sumpah Pemuda tahun 1928 dan Indonesia baru merdeka 17 tahun kemudian.
Artinya, lanjut dia, selama itu pula mereka berjuang dan menanamkan jiwa kebangsaan sampai cita-cita merdeka sebagai bangsa Indonesia tercapai.
Mantan Kapolda Jabar itu juga memaparkan langkah-langkah pencegahan (soft approach) terorisme yang telah dilakukan BNPT. Salah satunya dengan membangun boarding school (TPA) di Deliserdang, Sumatera Utara.
Awalnya 40 anak didik di pondok pesantren yang dipimpin mantan teroris, Khairul Ghazali itu masih takut dengan pendekatan ala BNPT. Tapi sekarang mereka bahkan berani mengibarkan bendera Merah Putih saat peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2017 lalu.
0 komentar