Sejarah Munculnya Istilah Pahlawan
Istilah kata ‘pahlawan’ di dunia ini
telah ada lama sekali. Jauh sejak jaman Yunani kuno. Pada awalnya konsep
pahlawan sendiri muncul di bidang kesusastraan klasik. Kata pahlawan,
atau ‘hero’ pada masanya merujuk pada satu sosok atau karakter utama
dalam sebuah karya sastra.
Hero adalah mereka yang bertindak
menghadapi bahaya, melawan segala bentuk kemunkaran dengan kemampuan
yang tinggi, keberanian, dan kekuatan. Hero ini juga sering digambarkan
sebagai orang yang rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi sesuatu
yang lebih baik.
Istilah ini muncul di dalam karya sastra karna
sebuah pandangan. Bahwa sebuah karya sastra selalu menceritakan dua
sisi yang berbeda dan bertolak belakang. Baik dan buruk. Benar dan
salah.
Sementara manusia pada era itu
memerlukan sosok yang dapat menjadi harapan semua kalangan. Membawa
terang bagi jaman yang ketika itu dapat mereka kendalikan. Melalui karya sastra inilah sosok tersebut dihadirkan.
Tapi definisi pahlawan ini
terus berubah seiring waktu, menyesuaikan diri dengan perubahan jaman.
Pandangan manusia dan filosofinya juga ikut membentuk definisi pahlawan
itu sendiri. beberapa contoh figur yang dianggap sebagai pahlawan di
dunia global sangat beragam. Mulai dari tokoh mitologi Yunani kuno,
seperti Gilgamesh, Iphigenia, dan Achilles, sampai tokoh sejarah,
seperti Joan of Arc, dan pahlawan masyarakat modern, seperti Mahatma
Gandhi.
Lebih modern lagi pahlawan hadir dalam
masyarakat kita. Dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya
saja tentara, polisi, dan pemadam kebakaran. Meski tidak semua
bertindak atas nama kebenaran, tetapi dedikasi beberapa orang dalam
profesi tersebut membuat mereka patut diberi gelar ‘pahlawan’ masa kini.
Peristiwa Rengas Dengklok 16 Agustus 1945
Peristiwa Rengasdengklok-merupakan peristiwa penculikan yang dilakukan oleh para golongan pemuda pemuda antara lain Soekarni, Wikana, dan Chaerul Soleh terhadap Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat dilaksanakanya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai adanya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Soebardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB,.
Peristiwa Rengasdengklok berawal ketika
Marsekal terauci selaku Panglima Angkatan Perang Jepang di kawasan Asia
Tenggara memanggil Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman
Widiodiningrat agar datang ke Dalath,Vietnam untuk mendapatkan janji
kemerdekaan. Dr. Radjiman Widiodiningrat turut dipanggil ke Dalath dalam
kepastiannya sebagai ketua BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Usaha
Persiapan Kemerdekaam Indonesia/Dokuritsu Junbi Cosakai. Mereka bertolak
ke Dalath tanggal 9 Agustus 1945 sedangkan pertemuan dengan Marsekal
Terauci baru dilangsungkan pada tanggal 12 Agustus 1945.
Sementara itu,berita penyerahan Jepang
kepada Sekutu didengar oleh Sutan Syahrir dan para pemuda yang termasuk
orang orang Menteng Raya 31 Jakarta antara lain Chaeril Saleh, Abu Bakar
Lubis, dan Wikana melalui radio Amerika Serikat. Berkait dengan hal
tersebut,Golongan muda mengadakan rapat disalah satu ruangan Lembaga
Bakteriologi di Pegangsaan timur Jakarta.
Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul
Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang
menegaskan bahwa kemerdekaan indonesia adalah hal dan soal rakyat
Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Hubungan
dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan
pertemuan dengan Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta agar kelompok pemuda
diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Bung Karno dan Bung Hatta yang baru
pulang menghadap Marsekal Terauci di Dalath Vietnam tanggal 15 Agustus
1945, pada pukul 22.00 WIB didesak oleh kelompok pemuda yang dipimpin
oleh Wikana dan Darwis yang mewakili kelompok muda untuk segera
memproklamasikan negara Indonesia, tetapi Bung Karno dan Bung
Hatta(Golongan Tua)belum bersedia karena akan mencari kebenaran resmi
berita tersebut dan membicarakan pelaksanaan proklamasi dalam rapat
PPKI.
Perbedaan pendapat antara golongan tua
dan golongan muda tersebut menjadi penyebab terjadinya peristiwa
Rengasdengklok. Para pemuda pada pukul 04.00 tanggal 16 Agustus 1945
segera menculik atau mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok , sebuah kota kecil yang terletak diutara karawang, Jawa
Barat. Tokoh tokoh pemuda yang menculik diantaranya Soekarni, Yusuf
Kunto, dan Syudanco Singgih. Tujuannya adalah untuk menjauhkan Bung
Karno dan Bung Hatta dari segala pengaruh jepang. Daerah Rengaadengklok
ini sudah dikuasai sepenuhnya oleh pasukan PETA yang dipimpin oleh
Syudanco Subeno.
Sejarah Peristiwa Rengasdengklok Hingga Proklamasi Kemerdekaan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa peristiwa Rengasdengklok memiliki arti penting yang menunjukan
bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak dikendalikan atau merupakan
hadiah dari Jepang, melainkan ditentukan oleh Bangsa Indonesia sendiri.
Disamping itu peristiwa tersebut mampu menyatukan pendapat Golongan Tua
dan Golongan Muda dalam menentukan waktu pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan.
PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI
Peristiwa Rengasdengklok Hingga Proklamasi Kemerdekaan
Sekembalinya dari Rengasdengklok ,Bung
Karno, Bung Hatta, Achmad Soebardjo,dan para pemuda menuju ke rumah
Laksamana Maeda di jalan Imam bonjol no.1 Jakarta, pukul 23.00 tanggal
16 Agustus 1945 untuk menyusun teks Proklamasi. Sebelumnya Bung Karno
dan Bung Hatta menemui mayjend Nisyimura untuk menjajagi sikapnya
tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan agak segan Nisyimura
tidak menghalanginya asal tidak ada sikap anti Jepang.
Di ruang makan rumah Laksamana Maeda,
naskah proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Mahammad Hatta, Mr.
Achmad Soebardjo, Sayuti Melik, Soekarni, dan Sudiro. Dalam perumusan
tersebut , Ir. Soekarno bertugas sebagai penulis, Drs. Mohammad Hatta
dan Mr. Achmad Soebardjo yang menyusun kalimatnya sebab bahasa Indonesia
mereka lebih baik. Sementara itu, Sayuti Melik, Soekarni, dan Sudiro
turut menyaksikan jalannya penyusunan.
SUMBER: http://yayasanakudansukarno.com
0 komentar